Swasunting Untuk Artikel yang Lebih Baik

Konten berupa tulisan yang bagus adalah KUNCI!
Konten atau tulisan yang baik akan menjadi gambaran dari diri blogger dan akan menjadi nilai atau value dari blog itu sendiri.
– Widyanti Yuliandari (dikutip dari materi Kelas Blog IIDN)

Pentingkah swasunting untuk blogger?

Pernahkah membaca tulisan di blog yang banyak kesalahan ketik atau alur tulisan yang tidak beraturan? Kalau pernah bagaimana rasanya? Kira-kira akan kembali lagi ke blog itu dengan sukarela untuk membaca tulisan-tulisan yang lain, tidak?

swasunting self editing

Salah satu faktor blog yang berkualitas adalah tulisannya yang baik dan enak dibaca. Setuju? Nah, untuk menghasilkan tulisan yang baik dan enak dibaca, bloger harus menempatkan dirinya sebagai pembaca blognya. Dengan membaca tulisan kita sendiri sebelum diterbitkan, kita akan tahu apakah tulisan itu sudah enak dibaca atau belum. Kalau belum, berarti kita harus melakukan self-editing atau swasunting.

Apa Itu Swasunting?

Swasunting adalah sebuah proses di mana kita menyunting atau mengedit tulisan kita sendiri setelah selesai menulis untuk meminimalis kesalahan yang terdapat di tulisan kita.

Tidak susah kok mengedit tulisan sendiri dan tidak perlu jadi editor profesional untuk memperbaiki artikel kita. Cukup ikuti beberapa langkah di bawah ini:

Proses-proses Swasunting

1. Jangan menulis sambil menyunting. 

Silakan menulis dengan bebas sampai selesai. Tapi jangan buru-buru dipublikasikan. Diamkan dulu di draft blog dan tinggalkan tulisan itu selama beberapa saat. Lalu kembalilah dan baca lagi tulisan tersebut.

2. Bacalah tiap kalimat berulang-ulang.

Lebih baik lagi jika membaca dengan bersuara. Bayangkan sedang menceritakan tulisan tersebut kepada orang lain. Biasanya akan terasa kalimat-kalimat ganjil yang tidak berkesinambungan satu sama lain. Perbaiki kata atau kalimat tersebut dengan yang lebih tepat agar lebih nyaman dibaca.

3. Perbaiki kalimat-kalimat panjang.

Sebaiknya dalam 1 kalimat tidak lebih dari 20 kata. Dan dalam 1 paragraf tidak lebih dari 150 kata. Kata, kalimat dan paragraf yang terlalu panjang bisa membuat pembaca kelelahan dan malas untuk melanjutkan membaca.

4. Periksa kesesuaian kata yang kita gunakan dengan PUEBI.

Amati apakah ada tulisan yang salah ketik dan ganti singkatan ‘yg, dgn, jgn, dengan kata yang lengkap. Boleh kok menulis tidak sesuai dengan PUEBI, misalnya dengan mengganti kata ‘tidak’ dengan ‘enggak’ supaya tulisan terkesan lebih akrab. Atau menggunakan kata-kata yang sedang populer. Tapi pastikan untuk menggunakannya dengan tepat ya, misalnya dengan mencetak miring kata-kata asing atau populer tersebut.

Pssst… Tahu enggak sih kalau kata “enggak” sudah ada di KBBI?

5. Perhatikan kesesuaian ide utama dengan ide penunjang.

Agar ide utama sesuai dengan ide penunjang, ada baiknya membuat outline atau kerangka berpikir sebelum mulai menulis agar tulisan tersebut berkesinambungan. Tapi jika tidak terbiasa, pastikan ide penunjangnya sesuai dengan ide utama.

6. Baca konsep tulisan (draft) berulang-ulang.

Kembali lagi ke poin pertama. Setelah mengedit tulisan, endapkan dulu draft selama beberapa waktu untuk kemudian dibaca lagi. Tidak masalah kok kalau harus merevisi tulisan berkali-kali. Bahkan tidak jarang setelah merevisi akan muncul ide-ide baru untuk tulisan berikutnya.

7. Bebaskan tulisan kita dari SARA, hate speech, dan plagiarisme.

8. Cantumkan sumber artikel atau foto yang valid.

Kalau mengambil sumber dari situs lain, cantumkan sumbernya. Google dan Pinterest bukan sumber foto atau sumber artikel. Cari situs aslinya dan sertakan sumber dari situs itu. Kredit artikel atau foto tidak perlu berupa backlink cukup beri tulisan saja seperti: sumber: dailymail.net.

Dengan melakukan swasunting, diharapkan artikel menjadi lebih bernas dan enak dibaca. Sehingga pembaca pun nyaman berlama-lama membaca blog tersebut. Selamat menulis!

Alfa Kurnia
Yuk Berteman
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *