Sahabat Jadi Saudara

Bertemu dengan orang yang memiliki kesamaan profesi, latar belakang, dan cerita, membuat hubungan semakin dekat. Teman baru bisa menjadi sahabat. Namun, kadang-kadang dalam hubungan persahabatan, selalu ada suka dan duka. Dalam persahabatan tidak begitu saja berjalan mulus. Saya juga pernah mengalaminya. Syukurlah, selalu ada jalan keluar saat ada masalah dengan sahabat.

Syukuran Ulang Tahun 

Baru sebulan mengajar di tempat baru, saya diajak teman-teman untuk merayakan ulang tahun bersama. Ceritanya, di sekolah ada 5 orang yang bulan lahirnya sama. Daripada tiap teman ulang tahun mengadakan syukuran sendiri lebih baik syukurannya dijadikan satu waktu saja. Tentu saja saya sangat setuju. Baru saya tahu bahwasanya salah satu dari mereka tanggal lahirnya sama, 2 September. Beliau adalah Bu Larmi. Dari tahun 1999 sampai 2017, saya dan Bu Larmi sering patungan untuk sekadar makan-makan di kantor untuk merayakan hari jadi.

 

Saling Berbagi

Tahun 1999 setelah menikah hingga tahun 2002, saya dan suami tinggal di rumah mertua. Dengan kondisi ekonomi pas-pasan, saya dan suami membangun rumah di atas tanah milik mertua. Saya mendapatkan kejutan dari Bu Larmi. Tiba-tiba Beliau dan teman lainnya datang membawakan bingkisan. Bingkisan tersebut berupa gula dan teh. Saya tidak menyangka sama sekali, teman yang saya anggap biasa ternyata memberikan perhatian yang berlebih.

 

Pada saat yang lain, Bu Larmi membangun rumah. Saya memberikan gula dan teh sekadar untuk minum pekerja bangunan. Saya tidak bermaksud mengembalikan pemberiannya dulu. Tidak ada salahnya saling berbagi di saat teman membutuhkan dan ada kerepotan.

 

Dalam setiap kesempatan dan  pekerjaan kantor, saya dan Bu Larmi biasa bekerja dalam satu tim. Kami bisa bekerja sama dengan baik. Jadi, kami bisa saling membantu dan menutup kekurangan satu sama lain.

 

Salah paham

Menjadi sahabat dekat, bukan berarti kami tidak pernah mengalami peristiwa tak mengenakkan, lo. Seingat saya ada 3 kejadian yang membuat salah paham. Dari 3 kejadian yang membuat hubungan renggang, saya selalu berusaha mendekatinya lebih dahulu. Membicarakan masalah dengan baik-baik dan tidak dengan emosi saya tempuh agar tidak terjadi gesekan lagi. Alhamdulillah, semua bisa kembali normal.

 

Tetap dekat meski tidak lagi sekantor

Tahun 2018 saya diberhentikan mengajar secara mendadak. Dengan demikian, saya dan Bu Larmi tidak lagi bekerja dalam satu kantor. Namun, persahabatan kami tidak renggang. Saya dan Bu Larmi masih saling berkunjung. Kami berbagi cerita lewat pesan di WhatsApp. Kadang-kadang Bu Larmi mengajak makan siang atau makan mi ayam. Bukan hanya dengan Bu Larmi, dengan teman lainnya pun hubungan tetap baik.

 

Dari awal saya mengajar di kantor yang sama, tahun 1999, sampai saat ini, saya dan Bu Larmi selalu berbagi. Dua puluh satu tahun sudah saya dan Bu Larmi menjalin persahabatan. Kedekatan kami hampir seperti saudara. Ya, dari sahabat menjadi saudara. Kalau bukan karena Allah yang menggerakkan kami, tentu kami tak bisa sedekat ini. Doa saya semoga kami diberi umur panjang dan kami bisa tetap menjadi saudara.

Noer Ima Kaltsum
Latest posts by Noer Ima Kaltsum (see all)
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *