Sejak tahun 2020, Ketua Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN), Mbak Widyanti Yuliandari, ingin mengembalikan kembali gairah perbukuan di IIDN. Karena sebelumnya terjadi pergeseran banyak anggota yang menulis di berbagai platform online seperti blog.
Salah satu caranya adalah membuat konsep buku yang tidak terlalu mainstream dan bisa memberikan impact yang lebih terutama kepada penulisnya terlebih dahulu baru kepada pembacanya. Di awali dengan melakukan coaching kepada penulisnya setelah itu baru menulis bukunya.
Di tahun 2020 IIDN telah menerbitkan antologi Pulih dan tahun 2021 menerbitkan antologi Semeleh. Melihat hal ini IIDN mempunyai optimisme, bahwa ada penulis-penulis yang tetap mempunyai peluang untuk menerbitkan buku.
Pertanyaaannya adalah seberapa besar peluang itu? Apalagi di masa pandemi. Penulis mengalami kondisi yang tak mudah, penerbitan buku ditunda, draft yang selesai belum menemukan jalannya, royalti berkurang dan ditunda, dan berbagai dampak lainnya.
Apakah sesuram itu keadaannya? Ternyata tidak semua mengalami hal yang sama. Sebagian penulis menemukan jalan dalam situasi pandemi, berbagai terobosan dicipta oleh dunia penerbitan buku. Strategi disiapkan untuk mendulang sukses seoptimal mungkin pasca pandemi.
12 Februari 2022 lalu, IIDN Writing Academy menyelenggarakan webinar bincang-bincang bareng penerbit bertema “Cerdas Bangun Peluang Perbukuan Pasca Pandemi” bersama Rifa’i Asyhari, Redaktur dari Mojok Group, dan sebagai host webinar malam itu ada mba Novi Ardiani yang memberikan pertanyaan-pertanyaan menarik untuk mas Rifa’I dan mengulik serba-serbi dunia penerbitan buku.
Mengenal Lebih Dekat Mas Rifa’i dan Penerbit Mojok Group
Mas Rifa’i adalah Redaktur dari Mojok Group sejak tahun 2020. Mojok Group merupakan penerbit yang cukup terkenal dan menerbitkan buku-buku khas. Berawal dari website mojok.co kini Mojok Group aktif menerbitkan buku selama 2 tahun terakhir.
Kiprah Mojok Group di Masa Pandemi
Mojok Group menaungi dua penerbit yaitu Buku Mojok dan EA Group. Kedua penerbit tersebut menerbitkan buku tiap bulan masing-masing 1-2 buku, tergantung kondisi.
Mojok Group hanya menerbitkan buku-buku dari penulis Indonesia. Tiap bulan Mojok Group aktif berkomunikasi dengan para penullis.
Buku Mojok berdiri tahun 2017. Mojok Group menerbitkan buku-buku yan cukup menarik, ringan, tapi tetap informatif. Segmen buku Mojok Group adalah anak-anak muda dengan rentang usia 18-35 tahun. Adapun tema-tema buku yang diterbitkan oleh Buku Mojok antara lain fiksi, non fiksi, novel, cerpen, dan buku-buku romance.
Sedangkan EA book menerbitkan buku-buku non fiksi. Di EA book tema-temanya berupa gender, psikologi, parenting, dan selalu mencari tema-tema yang cocok dibaca oleh banyak orang dan tema yang tidak terlalu berat.
Jenis Buku yang Diterbitkan oleh Mojok Group
Untuk saat ini Mojok Group hanya menerbitkan buku fisik. Sedangkan e-book atau buku digital masih dalam tahap pengembangan. Saat ini buku digital memang sedang banyak peminatnya dan bagi penerbit hal ini sangat menguntungkan karena bisa menurunkan ongkos cetak dan distribusi. Semoga tahun ini Mojok Group bisa menerbitkan buku dalam bentuk digital.
Situasi Perbukuan Sebelum, Selama dan Pasca Pandemi
Bagaimana pandangan mas Rifa’I terhadap situasi perbukuan pada saat sebelum pandemi, saat pandemi, dan prospek pasca pandemi?
Dari pandangan penerbit Mojok Group (bisa berbeda pandangan jika penerbit besar seperti Gramedia atau Mizan). Di Mojok Group sendiri Alhamdulillah selama 3 tahun ini bisa bertahan dengan naik turunnya selama pandemi.
Hal paling mendasar sebelum dan sesudah pandemi adalah tidak adanya kegiatan offline seperti kopdar, diskusi buku atau kegiatan-kegiatan di kampus yang menunjang penerbitan. Selama 2 tahun ini memang tidak ada kegiatan offline sama sekali.
Dunia penerbitan juga kehilangan kesempatan untuk pameran buku di Jogja dan kota-kota lain. Penerbit kehilangan kesempatan untuk bertemu langsung dengan penulis dan pembaca. Untuk menyiasati hal tersebut, selama pandemi, penerbit melakukan koordinasi secara online dengan penulis ataupun penjualan sehingga penerbitan tetap bisa berjalan.
Penyesuaian yang dilakukan oleh penerbit adalah melakukan diskusi online. Untuk Mojok Group penjualan onlinenya cukup kuat, meskipun selama pandemi toko buku agak sepi.
Awal-awal pandemi penjualan cukup aman, tapi memang ada momen-momen yang rada sepi. Saya percaya orang akan selalu membaca buku, karena selama pandemi klub-klub membaca online semakin banyak. Tiap bulan ada diskusi-diskusi buku online yang bisa diikuti oleh semua orang dan itu sangat membantu. Jadi pasca pandemi iklim berupa online masih bisa menyesuaikan.
Apakah dengan tidak adanya kegiatan offline itu signifikan pengaruhnya atau bisa tergantikan dengan kegiatan online?
Untuk Mojok Group sendiri bisa tergantikan karena mojok group tidak menggantukan diri pada penjualan di toko buku. Bedanya dari sisi penjualan, kalau dari sisi penerbitan tetap akan berjalan. Apalagi selama masa pandemi ini saya rasa semakin banyak orang yang menulis.
Selama masa pandemi ini apakah Mojok Group sempat melakukan pameran online?
Untuk Mojok Group sendiri belum pernah terlibat aktif sebagai panitia. Kami hanya menitipkan buku.
Peluang buat kedepannya untuk pemasaran buku bisa lebih intesif baik online maupun offline, peluang ini bisa dimanfaatkan teman-teman penulis untuk segera menyelesaikan tulisannya dan bisa menerbitkan buku. Bagaimana menurut mas Rifai’i?
Untuk saat ini peluang penulis pemula untuk menerbitkan buku sangat besar, baik menerbitkan buku lewat jalur kurasi ataupun lewat self-publishing. Kalau lihat saat ini banyak penerbit baru dengan tema-tema yang segar. Genre semakin beragam dan penulis bisa membentuk bukunya dengan tema tertentu bisa punya peluang lebih besar untuk menerbitkan buku.
Saat ini bukan memandang penulis besar, tapi tema apa yang diangkat. Dan dari Buku Mojok dan EA Book sendiri rata-rata tiap bulan cukup sering menerbitkan buku dari penulis baru.
Bagaimana cara penulis pemula bisa menulis dan menerbitkan buku supaya bisa mendapatkan tempat di hati pembaca?
Pertama adalaha tema. Ada namanya tema zaman yaitu sesuai dengan kegelisiahan dan semangat orang-orang. Kemampuan penulis membaca apa yang menjadi kegelisahan orang akan membantu dalam memilih tema.
Selain itu pengemasan buku seperti gaya penulisan maupun refrensi yang digunakan juga bisa membantu menarik hati pembaca. Untuk penulis pemula bisa mengambil tempat di hati pembaca dengan gaya menulis ringan dan bertutur. Dengan membaca banyak referensi dan merefleksikan apa yang dilalui.
Nah, bagaimana? Seru kan bincang-bincang dengan penerbitnya! Jadi semangat buat menulis dan menerbitkan buku solo, ya.
Kebetulan, nih. IIDN juga punya gelaran event yang bisa membantu kita menulis dari nol sampai menulis buku dari nol di IIDN Writing Academy. Ikuti akun Instagram @ibuibudoyannulis untuk info dan jadwal lengkapnya.
Oya, teman-tema juga dapat mengetahui obrolan lengkap tentang peluang perbukuan pasca pandemi ini di Channel Youtubenya IIDN