Berawal dari Kelas Cerpen IIDN Writing Academy yang diampu oleh Riawani Elyta dan Kirana Kejora, kemudian dilanjutkan dengan menulis antologi cerpen hingga akhirnya melahirkan sebuah buku antalogi. Cerpennya pun bukan sembarang cerpen, tapi cerpen budaya filmis. Jika bukan kita yang melestarikan budaya Indonesia, siapa lagi? Dan salah satu cara untuk menjaga warisan budaya yaitu melalui tulisan.
Lewat buku antologi “Beri Aku Cerita Tak Biasa” karya 28 penulis alumni Kelas Cerpen IIDN Writing Academy yang kini tergabung dalam Pasukan Elang Biru – Elang Nuswantara, terselip pesan indah bagi para pembacanya dari kisah-kisah unik yang disuguhkan dalam buku ini.
Elang Nuswantara adalah sebuah komunitas penulis pencinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang literasi Nuswantara dari Indonesia barat hingga Indonesia Timur. Berlatar belakang beragam, mulai dari Gen Z, Gen Milenial hingga Gen X. Yang menyatukan para Elang Nuswantara adalah semangat untuk nguri-nguri budaya dan mencintai Nuswantara, menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan cara kekinian. Komunitas Elang Nuswantara lahir pada tanggal 14 Maret 2022. Digawangi Kirana Kejora, seorang writerpreneur, best selling author, dan produser film, sebagai pengampu kelas menulis. Adapun Moto dari Elang Nuswantara “Menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan”.
Pada 21 Agustus 2022 lalu menjadi hari bersejarah diluncurkannya buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”. Acara peluncuran ini tidak hanya meluncurkan satu buku saja, tapi tiga buku sekaligus. Jadi komunitas Elang Nuswantara bukan hanya bersinergi dengan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis, tapi juga dengan Miyaz Script Agency – Dandelion Publisher melahirkan buku “Sang Mistikus Kasih” karya Pasukan Elang Merah. Dengan Karya Murni Publisher melahirkan buku “Pesan yang Belum Sampai” karya Pasukan Elang Putih.
Nama masing-masing pasukan, menurut Mbak Key, sapaan akrab Kirana Kejora, sesuai atmosfer kelas dan kelahirannya, menurut Mbak Key yang anti memuji pasukan dan mentor ‘galak’ dengan jargon perilaku nomor satu, karya nomor dua. Tiga buku prosa budaya filmis, berkonsep writerpreneur ini telah lahir dengan selamat. Acara peluncuran tersebut bertempat di Perpustakaan Nasional RI dan dihadiri oleh sebagian Elang Nuswantara yang banyak berasal dari luar kota Jakarta dan komunitas/pegiat literasi maupun budaya.
Acara peluncuran dimulai dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB dan berlangsung meriah bertabur door prize. Beragam sambutan dan testimoni penuh semangat baik dari pihak pemerintah maupun Pegiat Budaya membuka acara. Narasumber pengisi acara antara lain Ibu Yuli Maryani (Perpustakaan Nasional RI), Ibu Erwita Dianti (Kemenparekraf/Baparekraf), Ibu Dewi Yulianti (Kemendikbudristek), Ibu Rafita Meri (Balai Pustaka), Bapak Tukul Rameyo Adi (Yayasan Baruna Nusantara), Bapak Hedy Rahadian (Pencinta Budaya dan Sejarah, Pencipta lagu Kesaksian).
Selepas sambutan dari para pihak, kemudian dilanjutkan dengan acara talkshow bersama Mbak Key dan perwakilan penulis dari Pasukan Elang Merah, Pasukan Elang Biru, dan Pasukan Elang Putih. Untuk Pasukan Elang Biru diwakili oleh Mbak Widyanti Yuliandari (Ketua Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis). Setelah talkshow berakhir, berbagai pementasan seni dari para Pasukan Elang Nuswantara menambah semarak acara peluncuran tersebut. Mulai dari pembacaan puisi, tari, monolog, teater hingga live painting. Lagu “Kesaksian” karya Hedy Rahadian sebagai penguat jalan mencintai budaya Nuswantara dilantunkan Trio Elang Nuswantara. Penulis tampil sebagai pengisi acara, panitia, merangkap EO. Selama ini koordinasi hanya lewat dunia maya, dan baru bertemu H-1 sebelum acara. Butuh energi yang tidak sedikit.
Ketiga buku yang diluncurkan memiliki kalimat pamungkas yang sangat berarti sebagai rangkuman seluruh cerita pendek yang terkandung di dalamnya. “Sang Mistikus Kasih” karya 47 Elang Merah menuangkan kalimat sakti semesta tak pernah meminta. Dia akan senantiasa menjaga jika kamu mengasihi dengan hati nurani. Sedangkan “Pesan yang Belum Sampai” karya 18 Elang Putih menayangkan kalimat pemikat semesta mempunyai cara membalas kasih sayang kita kepadanya. Sementara “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” karya 28 Elang Biru hadir dengan kalimat elok cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar.
Acara dengan sambutan luar biasa dari para tamu maupun pengunjung yang meramaikan bazar buku dan produk UMKM. Didukung penuh oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, juga Fibi Jewelry, Miya’z, Makeupuccino, Stunniverse, Benik (Benang Kain Klub), Gendis Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ, Gramedia.
Semoga tiga buku karya Elang Nuswantara bisa menjadi warna baru di dunia literasi tanah air, utamanya untuk menambah cahaya literasi budaya yang mulai redup karena beragam pengaruh budaya luar NKRI.
Siapa pun bisa bergabung menjadi Elang Nuswantara, asal mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Mau mendengar, melihat, merasakan. Peka dan peduli, itulah penulis sejati. Ingin tahu lebih banyak tentang Elang Nuswantara, silakan cek IG @elangnuswantara.