Ternyata Bukan Cuma HP Yang Harus Dicharge, Otak Kita Juga Punya Baterai Yang Harus Dicharge Setiap Hari Lho!

Pernahkah kalian merasa tidak disayang oleh pasangan? Atau merasa walaupun semua kelihatan baik-baik saja, ada sesuatu yang kurang? Kalau pernah, mungkin kalian seperti Emak.

Emak sedang merasa galau. Entah kenapa Emak sering bertanya-tanya apakah Bapak benar-benar mencintai Emak? Padahal Emak dan Bapak sudah menikah lebih dari 23 tahun. Waktu yang cukup lama untuk hidup bersama. Sudah banyak badai dan gelombang yang alhamdulillah bisa mereka lalui bersama-sama. Walau kadang tetap ada perbedaan pendapat yang berujung Emak berurai air mata, biasanya mereka cepat baikan.

Emak bersedih karena merasa kurang bisa mensyukuri nikmat Allah. Emak juga merasa bersalah, karena tahu Bapak sudah melakukan banyak hal, tapi kok Emak selalu merasa ada yang kurang. Mengerjakan pekerjaan rumah pun rasanya malas. Apa Emak merasa bosan ya, mengerjakan hal yang itu-ituuu saja? Beres-beres rumah, menyiapkan makanan, antar jemput si Bungsu sekolah, begitu terus setiap hari.

Suatu hari saat Emak membuka-buka FBnya ada teman yang share video dokter Aisah Dahlan yang judulnya “Mengenal dan Memahami Bahasa Kasih Pasangan Hidup.”

Emak pun menonton video itu. Ternyata videonya seru. Cara bu Aisah menyampaikan materinya, membuat ibu-ibu peserta seminar terkekeh-kekeh sepanjang acara. Termasuk Emak di depan HPnya ikut tertawa-tawa. Semacam nonton stand up comedy gitu. Tapi walaupun lucu, karena ini pas banget dengan kehidupan sehari-hari, ilmunya sangat mengena dan mudah dimengerti serta diingat.

Kata bu Aisah, Allah telah memberikan program-program di dalam otak manusia. Program yang ada di otak laki-laki dan wanita itu berbeda. Demikian juga dengan watak seseorang. Setiap orang punya watak masing-masing.

Ada orang yang wataknya sanguinis, yaitu orang dengan hasrat selalu gembira. Ada yang wataknya melankolis, yaitu orang dengan hasrat yang selalu teratur dan sempurna. Ada yang wataknya koleris, yaitu orang dengan hasrat selalu ingin mengatur dan memimpin. Dan ada yang plegmatis, yaitu orang dengan hasrat damai. Setiap watak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan uniknya suami istri biasanya punya watak yang berlawanan.

Setiap orang punya dua watak yang dominan. Kedua watak ini diturunkan dari ayah dan ibu, dan tujuh generasi sebelumnya. Umumnya pasangan suami istri punya satu atau dua watak yang berbeda. Mungkin ada juga pasutri yang wataknya sama, tapi itu jarang terjadi. Dan biasanya penikahan dengan watak yang sama berakhir dengan perceraian, kalau tidak didasari niat yang kuat mempertahankan pernikahan, karena mereka akan merasa bosan.

Emak dan Bapak punya satu watak yang berbeda. Emak wataknya perpaduan plegmatis (damai) dan sanguinis (gembira). Sedangkan Bapak wataknya perpaduan melankolis (sempurna) dan plegmatis (damai). Ada watak yang berlawanan, yaitu sanguinis dan melankolis. Sanguinis memiliki ciri-ciri, orangnya gembira, spontan, senang bergaul, mudah lupa, boros, berantakan dan ceroboh. Sedangkan melankolis mempunyai ciri-ciri selalu rapi, teratur, terencana, teliti, serius, pemikir, hemat dan melihat segala hal cenderung dari sisi yang negatif. Berlawanan bukan?

Setelah menonton video itu, Emak jadi tahu, kenapa Emak dan Bapak seringkali berbeda pendapat. Tapi justru karena perbedaan itu mereka jadi saling melengkapi. Bapak membuat Emak mengerem hasratnya untuk boros dan belajar untuk lebih berhati-hati. Sedangkan Emak membuat Bapak menjadi lebih gembira dan tidak terlalu berat memikirkan sesuatu.

Selain tentang watak, di otak manusia ada yang namanya baterai kasih. Bukan cuma satu, tapi ada lima! Kalau digambarkan sebagai baterai sungguhan, baterai tersebut tersusun paralel. Yaitu arus listrik pada kelima baterai tersebut bersambungan. Baterai kasih utama letaknya di depan, bila dialiri listrik, maka listrik tersebut akan mengalir juga kepada baterai-baterai yang lainnya. Baterai kasih pendukung, atau disebut juga baterai kasih kedua, letaknya di paling akhir. Ketiga baterai kasih yang lain letaknya di tengah.

Waktu bayi sampai umur 3 tahun, kelima baterai kasih itu harus selalu diisi. Tapi setelah 3 tahun, dari kelima baterai ini hanya dua saja yang perlu dicharge setiap hari. Yang lainnya tidak harus dicharge setiap hari. Dichargenya menggunakan bahasa kasih. Bahasa kasih utama dan kedua setiap orang mungkin berbeda-beda.

Apa sih bahasa kasih itu?

Menurut Gary Chapman, seorang ahli di bidang relationship dan penulis dari Amerika yang terkenal dengan bukunya, The Five Love Language, bahasa kasih ini ada 5, yaitu:

1. Kata-kata pendukung (pujian)
2. Kebersamaan yang berkesan (waktu)
3. Sentuhan fisik
4. Pelayanan
5. Hadiah

Bahasa kasih utama Emak adalah sentuhan fisik. Emak baru merasa kalau dirinya sungguh dicintai kalau Emak dipeluk, disentuh atau diusap-usap kepalanya. Sedangkan Bapak, bahasa kasih utamanya adalah waktu. Bapak sukanya ngobrol atau jalan-jalan berdua sambil belanja. Karena Emak selalu mendampingi Bapak setiap hari, maka baterai Bapak selalu penuh. Tapi karena Bapak jarang memeluk dan menyentuh Emak, baterai Emak jadi lowbat.

Bahasa kasih kedua Emak adalah pujian. Kalau dipuji, Emak merasa senang dan semangat melakukan sesuatu. Tapi karena bahasa kasih Bapak bukan pujian, Bapak jarang memuji. Bahasa kasih kedua Bapak, sebetulnya adalah sentuhan fisik. Tapi sejak kecil Bapak tidak biasa dengan pelukan dan sentuhan. Apalagi karena baterai utama Bapak selalu terisi penuh, maka baterai yang kedua ini tidak terlalu perlu dicharge.

Kata bu Aisah kalau baterainya lowbat, orang jadi kurang energi untuk melakukan sesuatu. Pantas saja Emak merasa galau dan seperti enggan mengerjakan pekerjaan rumah, karena baterai kasihnya lowbat. Emak tahu, Bapak sayang Emak dengan caranya sendiri. Tapi Emak mau, Bapak menyayangi Emak dengan cara yang Emak inginkan.

Emak memutar otak, bagaimana cara menyampaikan kepada Bapak, kalau baterai kasih Emak perlu dicharge? Emak ingin dipeluk dan disentuh setiap hari, setiap saat. Pinginnya kalau jalan digandeng. Kalau duduk dipeluk, atau paling tidak, duduknya mepet, jadi ada bagian yang bersentuhan, atau saling berpegangan tangan. Kalau soal pujian, Emak sudah tidak berharap. Soal kerapihan, ketertiban dan segalanya Emak jauh dari standarnya Bapak. Maka Emak merasa, di mata Bapak, Emak tidak ada bagus-bagusnya. Jadi apanya yang bisa dipuji? Tapi karena Emak berwatak gembira, hal itu tidak terlalu menjadi masalah.

Sebelum tahu tentang bahasa kasih, Emak sudah pernah bilang ke Bapak, Emak pingin dipeluk, pingin dipegang. Tapi Bapak malah tertawa. Seperti menganggap aneh gitu. Emak kan jadi tidak enak hati.

Setelah tahu tentang baterai kasih, Emak berpikir, Emak tidak boleh lowbat. Karena Emak adalah jantungnya rumah tangga. Kalau Emak lowbat, rumah jadi berantakan. Masakan juga seadanya. Suasana rumah jadi kurang menyenangkan. Bapak harus tahu dan harus mau mencharge baterai Emak. Bagaimana ya caranya?

Memberitahu Bapak secara langsung, Emak khawatir ditertawakan lagi. Apa Bapak disuruh nonton videonya dr. Aisah Dahlan? Halah.. mana mau Bapak-bapak nonton yang begituan? Bapak-bapak itu tidak suka digurui.

Alhamdulillah.. akhirnya Emak mendapatkan ilham untuk menyampaikan masalah bahasa kasih kepada Bapak. Saat melakukan perjalanan ke Bandung nengok anak-anak yang kuliah di sana, Bapak yang menyetir merasa ngantuk. Emak mengusulkan, daripada ngantuk, lebih baik mendengarkan video seminar Aisah Dahlan saja. Karena lucu, in syaa Allah hilang deh ngantuknya.

Alhamdulillah Bapak setuju. Jadilah sepanjang jalan mereka ditemani ceramah dr. Aisah Dahlan. Cukup lama durasi videonya. Hampir 2 jam. Ketika mendengarkan itu, kadang-kadang Bapak ikut tertawa. Bapak pun membenarkan yang disampaikan dr. Aisah Dahlan itu sesuai dengan watak dan bahasa kasihnya. Apalagi si bungsu dari belakang ikut tertawa-tawa dan kadang berkomentar, “Mirip Bapak ituu…”

Bahasa kasih ini ternyata berhubungan erat dengan watak manusia. Orang yang wataknya koleris (suka mengatur) bahasa kasihnya adalah pelayanan. Dia senang mengantarkan pasangannya ke mana-mana. Dia senang membetulkan barang-barang yang rusak. Dan dia senang kalau pasangannya melayani dia, apakah itu mengambilkan minum, atau menyiapkan barang-barangnya, dan sebagainya. Kalau pasangannya melayaninya, dia akan merasa dicintai.

Orang yang wataknya sanguinis (gembira) bahasa kasihnya adalah pujian/kata-kata pendukung. Dia senang memuji orang-orang dan menyemangati mereka. Dan dia senang kalau dipuji dan diberi semangat juga. Hal itu akan membuatnya merasa dicintai.

Orang yang wataknya melankolis (sempurna) bahasa kasihnya adalah waktu atau hadiah. Dia senang bersama-sama orang yang disayanginya, seperti mengobrol atau mengerjakan sesuatu bersama. Ada juga yang senang dengan memberi dan menerima hadiah. Hadiah-hadiah kecil seperti permen atau kertas bertuliskan kata-kata tertentu, sudah membuatnya merasa senang dan dicintai.

Orang yang wataknya plegmatis (damai) bahasa kasihnya adalah sentuhan fisik. Dia senang menyentuh, memeluk dan mencium. Dia pun senang disentuh, dipeluk atau dicium. Kalau ada sentuhan fisik, dia akan merasa dicintai.

Nah, sekarang Emak dan Bapak paham dengan bahasa kasih masing-masing. Selama ini karena tidak paham dengan bahasa kasih, Bapak menyampaikan kasih sayangnya dengan bahasanya sendiri yang tidak dipahami Emak. Emak jadi merasa tidak dicintai. Menunjukkan rasa cinta dengan bahasa kasih yang bukan bahasa kasih utama atau kedua pasangan, jadi seperti kalau orang Indonesia yang tidak bisa bahasa Cina, ngobrol dengan orang Cina yang tidak bisa bahasa Indonesia. Sama-sama tidak mengerti.

Alhamdulillah. Sekarang Bapak tahu kalau baterai Emak butuh dicharge. Sedikit demi sedikit Bapak mulai sering memeluk Emak. Kalau jalan lewat dekat Emak, Bapak mau mengulurkan tangan sekedar menyentuh kepala Emak, atau pundak atau tangannya. Sesuatu yang kelihatannya sederhana sekali bukan? Tapi efeknya luar biasa buat Emak.

Alhamdulillah.. Emak senang sekali. Kalau disentuh atau dipeluk Bapak itu, seperti HP yang baterainya tinggal sedikit, tiba-tiba langsung terisi penuh. Emak merasa bahagia. Rasanya hidup ini indah, dan mengerjakan pekerjaan rumah pun rasanya ringan dan dikerjakan dengan senyuman. Beruntungnya Emak karena bahasa kasih kedua Bapak adalah sentuhan fisik, jadi lebih mudah membuat Bapak mengerti dan mau mencharge baterainya.

Jadi kalau kalian merasa seperti Emak, yaitu dalam hidup ada yang kurang, coba dicek, apakah baterai kasih kalian lowbat? Demikian juga kalau anak-anak rewel atau berulah, coba dicek apakah karena memang ada masalah seperti sedang sakit, lapar dan sebagainya, ataukah karena baterai kasih mereka lowbat?

Baterai Hp yang lowbat dan tidak dicharge di rumah biasanya akan dicharge menggunakan powerbank atau sumber listrik yang lainnya. Baterai kasih yang lowbat bisa juga dicharge dengan powerbank atau sumber listrik yang lain, yaitu bahasa kasih yang didapat dari luar rumah. Parahnya powerbank atau sumber listrik yang lain itu bisa jadi berupa pelakor, atau pada anak-anak dan remaja bisa dari orang-orang atau teman-teman yang salah, yang berujung pada penyimpangan seksual, narkoba dan tindak kriminal atau hal-hal lain yang merugikan. Naudzubillahi min dzalik. Kita tidak mau kan kalau sampai hal itu terjadi pada keluarga kita?

Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu kebaikan. Apalagi dalam penikahan. Karena kita semua pasti ingin pernikahan yang langgeng dan bahagia. Menua bersama pasangan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Dan melihat anak-anak kita tumbuh dewasa dengan benar.

Yuk mulai dari diri sendiri. Kalau belum tahu tentang bahasa kasih, cari tahu bahasa kasih kita sendiri, lalu bahasa kasih pasangan dan anak-anak kita. Bila ternyata baterai kasih kita belum terisi, dan baterai kasih pasangan juga lowbat, mulailah dengan mencharge baterai kasih pasangan lebih dulu selama 2 minggu. Karena kalau baterai pasangan lowbat lalu diminta untuk mencharge baterai kita, tidak ada dayanya. Setelah 2 minggu, baru beritahu pasangan tentang baterai kasih kita dan minta pasangan untuk menchargenya. In syaa Allah pasangan yang baterai kasihnya penuh, akan mau memenuhi baterai kasih kita. Dan anak-anak yang terpenuhi baterai kasihnya akan tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan menyenangkan.

Mungkin awalnya akan terasa aneh dan berat. Tapi setelah dijalani akan terasa menyenangkan dan membahagiakan. Tidak percaya? Coba deh!

Tambun, 10 Maret 2020

Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Gary_Chapman_(author)

https://youtu.be/cidb9xbD964

Bagikan:

2 Komentar

  1. Irma Suryani

    Menarik dan mencerahkan, mbak Siti. Belum banyak yang tahu tentang batrai kasih. Terima kasih n makin sukses ya, Mbak Siti.

Tinggalkan Balasan ke Irma Suryani Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *