The Book Club ( Persahabatan Hingga Ujung Usia)

The Book Club : Kisah Lima Wanita (Bersahabat Hingga Ujung Usia)

Oleh : Eda Erfauzan
Penulis : Mary Alice Monroe
Penerbit : Grasindo
ISBN : 9786022517160
Tahun terbit : 2014
Cetakan : I
Tebal : 264 halaman

Membaca novel ini membuat saya mengingat kembali para sahabat. Membayangkan saat pandemi ini benar-benar usai, kami akan kembali memiliki jadwal pertemuan rutin setiap bulan atau lebih. Menghabiskan waktu bersama, berbagi banyak hal, tertawa untuk hal-hal lucu yang hanya kami yang mengerti, saling menguatkan, dan menjadi tua bersama.

The Book Club bercerita tentang lima wanita yang menjalin persahabatan dalam satu kelompok membaca. Satu kelompok yang awal terbentuknya didasari rasa putus asa dua ibu muda akan kebutuhan pertemanan, stimulasi intelektual, dan pengasuhan bayi. Membaca buku dan mendiskusikannya kemudian berkembang menjadi cara Eve Porter, Annie Blake, Doris Bridges, Gabriella, dan Midge Kirsch berbagi gagasan, berbagi masalah, mencurahkan segala perasaan, dan menjaga kewarasan.

Lima karakter yang berbeda, keras, rapuh, mandiri, perfeksionis, dan nyonya baik-baik saja di rentang umur 40 hingga 50 tahun, disatukan dalam satu ikatan persahabatan yang kuat, jujur, dan indah. Seiring bertambahnya usia dan ujian kehidupan yang dijalani masing-masing. Bahwa hidup tak berjalan semulus yang terlihat dan dibalik pintu-pintu yang tertutup selalu ada tiga sisi cerita. Cerita suami, cerita istri, dan kenyataan yang terjadi.

Adalah Eve Porter yang gamang dan nyaris depresi karena kematian mendadak sang suami. Annie Blake pengacara sukses yang penuh percaya diri, yakin akan selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Annie terpuruk karena keinginannya untuk memiliki anak terbentur kenyataan dia menderita kanker rahim dan rahimnya harus diangkat. Doris yang memilih keluar dari kenyamanan, status sosial, dan materi setelah berulangkali pengkhianatan suaminya. Gabriella, ibu, istri, dan sahabat yang sempurna pada satu saat harus mengakui ia tak sesempurna yang dia bayangkan. Gabriella lelah. Midge, yang memilih melawan arus dan hidup sendiri.

Lima wanita dengan jalan hidup berbeda tetapi hadir dan saling menguatkan di saat-saat terberat fase kehidupan masing-masing. Melewati konflik demi konflik.

Persahabatan terasa mudah saat hidup berjalan lancar, tetapi menjadi sulit untuk tetap menyertai seorang sahabat saat hidup penuh tantangan. Persahabatan menjadi sulit dan tidak menyenangkan saat perasaaan-perasaan negatif berupa iri, marah, dan benci hadir dalam lingkaran sahabat.

Eve, Annie, Doris, Gabriella, dan Midge berhasil melewati fase itu hingga persahabatan mereka justru semakin mapan seiring bertambahnya usia, bersama menepis ketakutan menjadi tua dan ditinggalkan.

Namun, walau bercerita tentang lima orang wanita dengan sudut pandang orang ketiga dan karakter yang sama kuat, penulis menempatkan Eve Porter sebagai tokoh yang mendapat porsi lebih besar dalam penceritaan.

Larut dalam kisah tokoh-tokohnya hingga halaman terakhir, membuat saya merindukan sahabat-sahabat.
Ada satu kalimat yang saya suka dan membuat saya merenung agak lama.
“Jalan menuju surga memiliki tanda yang jelas dan semua orang memiliki kesempatan menemukan jalan itu, kalau kau ingin menemukannya ” (hal.259)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *