Review Film Sunny (2011) : Manisnya Persahabatan Saat Remaja

Beberapa hari lalu saya yang dulu mengaku filmholic ini mencoba mengingat-ingat film bertema persahabatan yang saya tahu, demi menulis tantangan bulan Juli untuk Ibu-Ibu Doyan Nulis. Ternyata setelah menulis daftarnya, saya kok tahunya kebanyakan film barat aja. Padahal saya ini keturunan Asia, masa saya cuma tahu film barat? Ya, nggak imbang aja rasanya.

Akhirnya saya mulai browsing film-film Asia yang bertemakan persahabatan. Sayapun menemukan film Sunny (2011) sebagai film rekomendasi untuk ditonton bersama para sahabat. Film Sunny mendulang sukses di masa rilisnya dan jadi favorit banyak orang hingga dibuat versi Indonesianya, bernamakan Bebas (2019) yang dibintangi Marsha Timothy dan disutradarai Riri Riza. Jadi penasaran kenapa sampai segitu hype-nya.

Lantas apa sih spesialnya film Sunny?

SINOPSIS

Pusat kisah dari film ini adalah seorang karakter wanita Ibu rumah tangga bernama Im Na-mi (Yoo Ho-jeong), yang hidup sangat berkecukupan. Ia memiliki seorang anak gadis remaja dan suami kaya raya. Namun kebahagiaan tidak terlihat di wajah Im Na-mi, walaupun hidupnya tampak tanpa kekurangan. Wajahnya terlihat muram ketika suaminya memberikannya segepok uang kepada dirinya dan anak gadisnya.

Ketika sedang sendiri tanpa disibukkan dengan aktivitas ibu rumah tangganya, Im Na-mi teringat kembali masa SMA-nya dimana ia jadi anak baru di sekolah dan bertemu dengan sekawanan gadis yang menerimanya sebagai anggota ke tujuh. Ketua sekawanan gadis yang menamakan diri mereka Sunny itu adalah Ha Chun-hwa. Sunny termasuk geng yang populer dan ditakuti di sekolah khusus wanita tempat mereka belajar.

Im Na-mi tak sengaja bertemu dengan sahabat lamanya, Ha Chun-hwa (Jin Hee-kyung) di rumah sakit yang sama dimana Ibunya dirawat. Ha Chun-hwa telah menjadi wanita karir yang sukses tapi ia didiagnosa kanker dan memiliki waktu hidup tak lama lagi. Satu permintaan Chun-Hwa sebelum meninggal adalah ingin kembali bertemu dengan Sunny lagi. Im Na-mi lalu menyewa detektif untuk menemukan sisa anggota Sunny.

Film ini flashback maju-mundur menceritakan kisah Im Na-mi dan ke enam anggota Sunny masa remaja dan masa kini, termasuk ketika ia mengalami cinta pertama dengan Han Joon-ho, teman dari kakak Jang mi, salah satu anggota Sunny yang terobsesi dengan operasi plastik.

Berbagai kondisi hidup dari anggota-anggota Sunny ketika mereka dewasa mencengangkan karena banyak dari mereka memiliki hidup yang tidak mudah. Film ini juga dilatarbelakangi Pergerakan Demokratisasi Gwangju di Korea Selatan tahun 1980.

PESAN DAN KESAN

Menurut saya wajar jika banyak orang menyukai film Sunny. Daya tarik utama film ini ada di geng Sunny di masa SMA, yang kisahnya lucu dan blak-blakan. Im Na-mi masa SMA (diperankan Shim Eun-kyung) begitu imut-imut tanpa dipulas macam-macam. Karakter tiap anggota Sunny juga kuat dan unik. Casting aktor dan chemistry-nya patut diacungi jempol.

Referensi tahun 1980an yang diambil di masa SMA geng Sunny juga begitu akurat, dari penampilan pakaian, tas, dan musik. Yang menonjol adalah lagu Time After Time yang dipopulerkan Cyndi Lauper. Juga lagu Reality milik Richard Sanderson. Membuat mereka yang tumbuh dan besar di tahun 1980an terbawa nostalgia.

Dari segi cerita, kehidupan SMA geng Sunny begitu gahar dan tangguh, bahkan cenderung ‘galak’. Karena bercerita soal geng-gengan dan perundungan. Mungkin geng Sunny bukanlah panutan yang selalu bisa diteladani, namun masa SMA adalah masa remaja yang penuh kejutan dan meledak-ledak. Begitu juga dengan manisnya persahabatan. Im Na-mi yang kalem dan pendiam diterima di sekelompok gadis yang kuat di kelasnya, tentu jadi daya tarik tersendiri. Ada juga orang-orang yang iri dan tidak suka dengan kepopuleran mereka.

Ada beberapa bagian dari film ini yang saya rasa nggak masuk akal, seperti perkelahian anggota Sunny dengan geng rival di tengah demonstrasi Gwangju. Rasanya terlalu dipaksakan alias nggak mungkin ada sekelompok anak SMA wanita di tengah demo yang diisi tentara dan aktivis. Aslinya pasti lebih berbahaya dan mencekam dari yang digambarkan. Namun di film terasa lucu dengan koreografi perkelahian dan musik catchy-nya. Ada juga perkelahian geng Sunny dewasa dengan sekelompok anak SMA wanita yang sedikit ganjil karena selesai begitu saja tanpa setidaknya tuntutan balik dari orangtua geng anak SMA tersebut.

Tentunya yang menonjol dari film Sunny adalah ikatan persahabatan antar anggota. Kita jadi teringat bahwa persahabatan di masa muda begitu lepas dan tanpa beban, jujur dan tanpa embel-embel selain kedekatan hati. Akting dan chemistry antar aktris remaja yang memerankan Sunny terasa real tanpa dibuat-buat. Namun namanya hidup, tak ada yang bertahan lama. Termasuk kebersamaan Sunny yang ternyata berakhir tragis di masa SMA.

Saya nggak bisa bilang Sunny sempurna, karena tentu saja ada bagian-bagian dari film ini alias budaya orang Korea yang nggak masuk di budaya sini. Namun nilai dan pesan persahabatannya nggak bisa nggak masuk ke hati. Sahabat masa kecil kita akan selalu melihat kita seperti kita dulu di masa kecil. Dan sahabat sejati selayaknya berusaha hadir dan menghibur kita di masa tidak mudah. Begitulah arti sahabat, kehadirannya terasa manis di kala hidup terasa hambar dan pahit. Di kala orang sekeliling mengecewakan dan menyakiti, sahabat bisa jadi sandaran dan pelipur lara.

Nonton Sunny sebaiknya tidak dengan anak-anak, karena beberapa bagian film ini ada kekerasan dan perundungan. Namun sisanya terutama soal cerita persahabatan kemungkinan besar nggak mengecewakan. Nonton film Sunny dengan sahabat tentunya bisa jadi pilihan untuk menciptakan momen sendiri.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *