Perempuan dan Rumah: Bangkit Lewat Kebun, Kandang, dan Tulisan

Perempuan dan Rumah

Halo teman-teman IIDN,

Kali ini saya ingin berbagi cerita soal bangkit bagi perempuan tidak selalu berarti harus keluar rumah. Justru banyak perempuan menemukan kekuatan sejatinya dari rumah sendiri.

Coba bayangkan, di halaman kecil ada pot cabai yang mulai berbuah. Ada kangkung yang tumbuh subur di galon bekas. Di teras, rempah dan rimpang berjejer rapi.

Tak jauh dari situ, berdiri kandang sederhana. Ayam-ayam bertelur setiap pagi, kalkun berjalan santai, dan kelinci sibuk mengunyah daun-daun segar.

Semua itu bukan semata untuk mencari uang. Tujuannya sederhana, supaya keluarga bisa menikmati pangan sehat dari hasil tangan sendiri.

Telur ayam jadi sarapan bergizi. Kangkung segar hadir di meja makan. Kadang ada daging ayam atau kelinci, bahkan ikan untuk lauk.

Ada rasa cukup di dapur yang mandiri. Ada bahagia sederhana ketika pangan hadir dari hasil jerih payah sendiri. Dan yang paling indah, ada rasa syukur yang setiap hari tumbuh.

Lebih dari soal pangan. Perjalanan ini bukan sekadar soal makan, tapi juga perjalanan jiwa.

Menanam mengajarkan kesabaran. Merawat hewan menumbuhkan tanggung jawab. Mengolah panen menghadirkan rasa bangga.

Kesadaran-kesadaran kecil itu membuat seorang ibu rumah tangga menemukan dirinya kembali.
Bukan sekadar “sibuk”, tapi sungguh hadir merasakan bahwa dirinya berarti.

Dan dari situlah kesehatan mental ikut terjaga. Ibu yang bahagia akan memancarkan kebahagiaan ke seluruh keluarga. Berbagi lewat tulisan dalam Komunitas IIDN

Banyak perempuan kemudian terdorong untuk berbagi kisah. Mereka menuliskannya di blog, media sosial, atau catatan harian.

Ceritanya sederhana saja…
Tentang memetik sayur pertama kali.
Tentang telur ayam yang menetas.
Atau sekadar cerita memasak hasil panen sendiri.

Namun justru dari hal-hal sederhana itu, inspirasi lahir. Pembaca merasa dekat. Mereka tersadar, ternyata bahagia bisa sesederhana itu.

Dan di situlah Selasa Blog hadir, menjadi ruang untuk berbagi pengalaman kecil namun penuh makna.
Ruang tempat kita saling menguatkan lewat kisah sehari-hari.

Rumah Tempat Bangkit dan Sebagai Pusat Peradaban. Rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi sekaligus menjadi pusat kebangkitan peradaban.

Dari rumah yang damai, lahir masyarakat yang tenang. Dari dapur yang mandiri, tumbuh kemandirian bangsa. Dari ibu yang bahagia, tercipta generasi yang kuat.

“Rumah yang penuh cinta adalah pondasi peradaban.”

Dan percayalah, kebangkitan negeri ini bisa berawal dari sana. Karena perempuan bisa bangkit dengan caranya sendiri. Sering kali, itu dimulai dari kebun kecil, kandang sederhana, hati yang luas, dan tangan yang menulis.

Itulah mengapa Selasa Blog terasa istimewa, mengingatkan kita bahwa cerita rumah tangga, yang tampak sederhana, sebenarnya menyimpan kekuatan besar.

Sampai jumpa pada tulisan berikutnya!

***

Ditulis oleh Member IIDN, Dianti Nur

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *