Menjadi seorang ibu adalah peran yang luar biasa, penuh dengan cinta, pengorbanan, dan tantangan yang tak terduga. Dalam kesibukan mengurus rumah tangga, bekerja dan membesarkan anak, sering kali seorang ibu kehilangan “diri”-nya.
Namun, ada satu kegiatan sederhana yang bisa menjadi jalan keluar untuk menemukan kembali diri sendiri, yaitu menulis. Menulis bukan hanya sekadar hobi, melainkan sebuah kebutuhan penting untuk kesehatan mental dan pertumbuhan pribadi seorang ibu.
Menulis sebagai Terapi Emosional
Setiap hari, seorang ibu menghadapi beragam emosi, dari kebahagiaan melihat senyum pertama anak hingga rasa frustasi saat anak sedang tantrum. Menumpuknya emosi tanpa adanya tempat untuk melepaskan bisa memicu stres dan kelelahan mental. Di sinilah menulis berperan sebagai terapi gratis dan pribadi. Dengan menuangkan semua pikiran dan perasaan ke dalam tulisan, seorang ibu bisa memproses emosinya dengan lebih baik.
Menulis jurnal harian, misalnya, adalah cara efektif untuk melakukan katarsis. Saat tangan menari di atas kertas atau keyboard, beban di hati seolah ikut luruh. Aktivitas ini membantu ibu memahami pemicu stresnya, merenungkan solusi, dan pada akhirnya, merasa lebih lega dan damai.
Yang perlu dicatat nih, Bu, menulis memungkinkan seorang ibu untuk memiliki ruang pribadi, di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu memakai “topeng” sebagai seorang istri, ibu, atau pengurus rumah.
Merekam Jejak Kehidupan dan Warisan Berharga
Kehidupan seorang ibu dipenuhi dengan momen-momen berharga yang sayang jika hanya berakhir sebagai kenangan di kepala. Tawa pertama anak, cerita lucu saat makan malam, atau perjuangan yang berhasil dilewati bersama keluarga adalah harta karun yang layak diabadikan. Menulis memungkinkan seorang ibu untuk merekam semua jejak kehidupan ini dalam bentuk tulisan.
Suatu hari nanti, tulisan-tulisan ini akan menjadi warisan berharga bagi anak-anaknya. Mereka bisa membaca cerita tentang bagaimana ibu mereka berjuang dan berbahagia, yang tidak hanya membangun ikatan emosional, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Menulis adalah cara untuk meninggalkan jejak, bukan hanya untuk anak, tetapi juga untuk diri sendiri, bahwa hidup yang dijalani penuh makna.
Menghubungkan dan Memberi Inspirasi
Menulis tidak harus selalu bersifat pribadi. Di era digital ini, seorang ibu bisa berbagi pengalamannya melalui blog atau media sosial. Dengan bercerita tentang pengalamannya, ibu bisa menghubungkan diri dengan ibu-ibu lain yang merasakan hal serupa.
Bergabung dengan komunitas bisa memberikan dukungan bagi semangat menulis. Salah satunya dengan menjadi anggota komunitas menulis, seperti Ibu Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang punya aktivitas seru Selasa Blog IIDN. Setiap anggota bisa menuangkan pemikirannya lewat tulisan dan akan ditampilkan di website IIDN.
Jadi nggak kesepian kesepian dan “sendirian” lagi kan, Bu? Cerita tentang tantangan, tips parenting, atau resep masakan yang dibagikan bisa menjadi sumber inspirasi bagi ibu-ibu lain. Dengan menulis, seorang ibu tidak hanya menemukan suaranya, tetapi juga menjadi mercusuar bagi orang lain, menunjukkan bahwa perjuangan yang mereka alami adalah hal yang normal dan bisa dihadapi.
Tips Praktis Agar Selalu Punya Ide untuk Menulis
Banyak ibu ingin menulis, tapi sering kali merasa bingung harus menulis apa. Kuncinya adalah tidak perlu menunggu ide besar. Ide-ide terbaik justru datang dari hal-hal kecil di sekitar kita.

Mulai dengan Merekam Harian
Tidak perlu menulis cerita panjang. Cukup catat satu atau dua kalimat tentang hal yang paling berkesan hari ini. Bisa jadi awal yang bagus loh Bu untuk membuat ide mengalir.
Perhatikan Detail Kecil
Ide tulisan bisa datang dari mana saja. Perhatikan detail kecil seperti percakapan lucu dengan anak, aroma masakan yang mengingatkan pada masa kecil, atau perasaan rindu saat melihat matahari terbenam.
Buat Daftar Pertanyaan
Saat bingung, buatlah daftar pertanyaan sederhana, misalnya: “Apa hal terbaik yang terjadi minggu ini?”, “Apa yang membuat saya kesal hari ini?”, atau “Bagaimana perasaan saya tentang menjadi seorang ibu?” Jawab pertanyaan-pertanyaan ini dalam tulisan yang ibu buat.
Ambil Tema dari Buku atau Film
Setelah membaca buku atau menonton film, tuliskan pendapat Ibu. Apa yang Ibu sukai? Apa yang tidak? Bagaimana hubungannya dengan pengalaman sebagai seorang ibu?
Gunakan Jeda Waktu Singkat
Manfaatkan jeda singkat, seperti saat anak-anak tidur siang atau di pagi hari sebelum semua orang bangun. Cukup 10-15 menit sudah cukup untuk menuangkan satu ide kecil.
Menulis: Hadiah Untuk Diri Sendiri
Menulis adalah hadiah yang bisa diberikan seorang ibu untuk dirinya sendiri. Dengan menulis, seorang ibu tidak hanya mengabadikan kenangan, tetapi juga menjaga kesehatan mental, mengembangkan diri, dan menemukan kembali kebahagiaan dalam kesederhanaan.
***
Ditulis oleh Uniek Kaswarganti, blogger asal Semarang
- Pangan yang Aman adalah Pangan yang Bebas Bahaya - 23/09/2025
- Lansia Sehat dan Bahagia dengan Aquarobic - 16/09/2025
- Perempuan dan Rumah: Bangkit Lewat Kebun, Kandang, dan Tulisan - 09/09/2025



Bener mbak, menukis memang jadi jalan untuk merilekskan pikiran. Membuang penat.