Kopdar Kedua IIDN Makassar pada Masa Pandemi

Kopdar Kedua IIDN Makassar pada Masa Pandemi – Pandemi covid-19 telah membatasi segalanya, tak terkecuali aktivitas kopdar IIDN Makassar. Bersyukur, kami masih sempat mengadakan pertemuan sebanyak dua kali. Yang pertama pada bulan November 2021 dan yang kedua berlangsung baru-baru ini – pada tanggal 13 Juni 2022 di Gedung MDV, jalan A. P. Pettarani Makassar.

Kali ini yang datang tak banyak, kami hanya berempat karena beberapa orang yang aktif datang kopdar sedang berhalangan hadir namun perbincangan sangat padat. Kami membincangkan banyak hal seputar blogging dan media sosial. Mulai dari update mengenai kegiatan IIDN saat ini, pembelian domain untuk blog, perbedaan Blogspot dan WordPress, tentang bagaimana pentingnya pengupayaan konsistensi dalam aktivitas ngeblog, follower Instagram, hingga monetisasi YouTube.

Sesekali pembicaraan agak melenceng tapi masih berkualitas seperti membincangkan mengenai manfaat ruqyah dan bagaimana sejarah dan keadaan sekarang di Korea Utara yang jauh berbeda dibandingkan dengan Korea Selatan, sembari melihat-lihat sebuah postingan blog yang menggambarkan keadaan di Korea Utara.

Dari pertemuan inilah lahir ide untuk membuat tantangan ngeblog yang belum lama ini diumumkan di website Ibu-Ibu Doyan Nulis pada postingan berjudul Tantangan Ngeblog 10 Pekan IIDN Makassar. Sejauh ini, tantangan ini mengundang perhatian dari sejumlah perempuan yang kemudian tertarik bergabung dengan IIDN Makassar setelah membaca postingan Instagram.

Kurang lebih seperti itu juga perbincangan kami ketika kopdar di sebuah kafe di jalan Pelita Raya pada bulan November lalu. Saat itu yang hangat dibicarakan adalah mengenai job yang pembayarannya dalam dollar Amerika dan ditransfer ke rekening PayPal, selain perbincangan lain tentang blog dan dunia menulis.

Yang namanya ibu-ibu, ya … ada juga pembicaraan yang keluar dari topik tapi tetap berfaedah. Salah satunya adalah ketika salah seorang dari kami mendatangi sepasang remaja berpakaian seragam SMA sedang memadu kasih tak jauh dari kami. Beliau menasihati pasangan itu, terutama yang perempuan dan mengingatkannya pada ibunya.

“Soalnya saya juga punya anak perempuan, terbayang bagaimana anak gadis seperti itu dibawa laki-laki begini,” ujar teman yang juga seorang guru ini. Seperti dirinya, kami pun ikut mengkhawatirkan sejoli remaja yang bermesraan di tempat umum seperti itu, apalagi kami pun punya anak.

Kata teman itu, berharap tak terjadi tapi kalau misalkan anak gadisnya dibawa laki-laki jalan seperti itu, dia berharap ada yang mengingatkan anaknya mengenai ajaran moral dan ajaran agama. Perbincangan itu menjadi bahan pemikiran tersendiri bagi saya yang juga memiliki anak gadis. Saya tentunya tak ingin anak gadis saya dibawa laki-laki ke mana-mana apalagi bermesraan seperti itu. Mungkin sudah jarang ibu-ibu yang menegur sepasang kekasih remaja bermesraan dengan alasan tak ingin mengganggu privasi padahal sebenarnya di sisi lain, sebenarnya penting peran masyarakat dalam menjaga nilai-nilai adab, moral, ataupun agama di tempat umum karena akan membantu menjaga anak-anak kita juga.

Sungguh pertemuan khas ibu-ibu, ya namun pertemuan Ibu-Ibu Doyan Nulis itu selalu spesial karena kami tak menggunjingkan orang lain seperti dugaan banyak orang yang mengatakan bahwa ibu-ibu kalau bertemu pasti bergosip. Perbincangan kami seputar literasi dan hal lain yang bermanfaat. Salam dari Makassar.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *