Berbicara tentang sahabat, aku jadi teringat seseorang. Dia adalah temanku sewaktu SMA.
Dulu, kami sangat akrab. Di kelas maupun organisasi selalu bekerja sama. Bahkan, dia tak pelit untuk mengulurkan tangan.
Aku yang terlahir dari keluarga sangat sederhana, seringkali minder jika bersama mereka yang berpunya. Maka tak heran jika aku menjadi sosok yang pendiam.
Sahabatku ini selalu ceria di depanku. Tak pernah sekali pun membahas masalah harta, pangkat, maupun derajat. Itu sebabnya, aku senang berteman dengannya.
Saat lulus sekolah, dia melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara aku, harus menjadi TKI di Malaysia. Sebenarnya, aku juga ingin kuliah seperti dirinya. Namun, nasib tak mengizinkan untuk meraih mimpi.
Yah, aku harus berjuang demi adik-adikku untuk sekolah.
Mulanya kami masih berkomunikasi. Lalu, setelah nomorku terblokir, aku kehilangan kontak. Hingga beberapa tahun. Hanya saja, setiap pulang kampung, aku singgah ke rumahnya. Namun, dia sering tak ada di rumah.
Beberapa tahun kemudian, aku mendengar kabar bahwa dia telah menikah, lalu mempunyai seorang anak perempuan. Senang sekali mengetahui keadaannya. Akan tetapi, facebooknya sulit dihubungi.
Aku ingin sekali bertemu dengannya. Lalu, keinginan ini terwujud saat aku pulang ke Jawa. Tepatnya Desember 2019. Empat tahun setelah menikah, aku tinggal di Jambi. Saat itulah bisa pulang, bertepatan dengan pernikahan adik pertama.
Rasanya bahagia saat ngobrol dengannya. Lalu aku meminta nomor ponsel agar bisa komunikasi.
Benar saja, sampai sekarang, komunikasi kami terus berlanjut. Bahkan saling memotivasi jika salah satu ada yang punya masalah.
Yah, itulah secuil kisah persahabatanku dengannya. Bagiku, sahabat adalah seseorang yang saling mengingatkan dan memotivasi, serta selalu menjalin silaturahmi.
Salam hangat dari Emak rumahan
Lila Sulis
- Mencari Kebahagiaan Bagi IRT - 25/08/2020
- Sahabat Masa SMA - 14/07/2020